tulisan temen facebook. belum kelar tp enak buat di baca !!!
Sore tadi Ariel membawakan sesuatu untukku. Sekotak mungil yang dia
genggam di tangan kirinya dan dia angsurkan ke telapak tanganku.
"Bukalah saat menjelang tidur nanti," katanya.
...
Aku tak sabar menanti malam. Aku ingin segera membuka kotak mungil berbungkus pink itu.
Kini malam telah menjelang. Kantukku mulai menyerang. Aku bersiap
membuka kotak itu, ketika tiba-tiba ringtone yang aku setel khusus
untuk Ariel berbunyi.
"Ya? sapaku dengan heran.
"Beib, maaf... salah ngasih kotak. Jangan dibuka ya. Pliss."
Omaygot.... Jadi apa isi kotak ini dan untuk siapa?
“Beib,… masih disitu?”
“Masih…, Riel kamu selingkuh ya?”
“Tuh kaaann,.. ga sumpah! Justru aku sayang kamu makanya jangan dibuka.”
“Ok,..” Aku singkat saja menjawab si Ariel.
“Ga percaya!! Kamu pasti buka, gini aja Beib, aku tahu banget detail
dari bungkusannya. Corak dibungkusnya juga limited edition. Kalau
besok ada perubahan kita putus!!!”
“LHO KO JADI NGANCEM??,” aku tentu saja langsung aku sewot, mang dia pikir aku takut apa?
“Sayanggggg aku mohon ya jangan dibuka, aku sekarang kerumahmu.
Hadiahnya aku ambil, terus aku ganti sama hadiah yang asli buat kamu.”
“TELAT!!!,.. Cowok bukan kamu doang RIEL!!!, Aku buka!”
“JANGANNNNNN!!!!! Aku ga selingkuh, aku sayang kamu Rin,..Sangat…
Karena itu aku mohon jangan dibuka, aku ga mau kehilangan kamu.”
“Telat, makanya kalau mau selingkuh pikir dulu. Sekarang kamu lupa kasih kado, salahmu sendiri.”
Aku yang sudah yakin Ariel selingkuh langsung menutup handphone, dan
membantingnya keatas kasur. Tak berapa lama handphone itu kembali
berdering. Aku biarkan saja dan mulai mengambil hadiah berwarna pink
tersebut.
Aku melihat desain yang sangat aneh dari kertas kado tersebut.
Gambarnya adalah tengkorak yang disusun berulang. Bungkus kado berwarna
pink dengan gambar tengkorak sebenarnya sudah aneh, tapi aku dan ariel
memang penyuka musik gothic, jadinya aku malah merasa romantis bukan
aneh. Malah aku rasa tidak mungkin Ariel salah mengalamatkan kado itu,
kecuali dia punya pasangan lain yang sama-sama penggemar gothic.
Ok, cukup dulu masalah corak tengkorak.
melihat hobi kami aku rasa ini tidak aneh, malah bisa dibilang Ariel
keren bisa dapet bungkus kado corak tengkorak warna pink. Ada hal lain
yang aneh dari kado tersebut, yaitu kemanapun aku memutar kotak, arah
tatapan mata tengkorak serasa melihat diriku.
Ah perasanku mungkin, aku langsung menarik dengan segera kotak kado
pink tersebut, dan seiring tarikanku habis pada kotak pink tersebut,
tiba-tiba lampu kamar meredup. Aku langsung terdiam dan menelan ludah,
aku terus melihat ruanganku.
Aku merasa bukan lampu kamarku yang meredup, ini seperti ruangan
kamar tiba-tiba menggelap. Aku terdiam dan berhenti menatap sekeliling
ruang, lalu kembali menatap kotak berwarna pink tersebut. Sekarang aku
seperti melihat tengkorak-tengkorak pada kotak tersebut terlihat lebih
ceria.
“Ahh, persetan” aku lalu teruskan membuka, dan ini ternyata adalah
kesalahan fatalku, karena aku tidak percaya peringatan Ariel. Karena
ketika lem atas kotak tersebut aku buka, tiba-tiba kotak tersebut
memanas hebat, dan aku langsung melepaskan kotak tersebut dari
genggamanku.
Kotak itu terjatuh pada lantai kini, diam tak bergerak dengan aura
mistis. Aku masih terheran dan terpaku menatap kotak tersebut. Dengan
memberanikan diri aku melangkahkan kakiku dan mencoba mengambil kembali
kotak. Aku mulai dengan sentuhan ringan pada kotak, dan ternyata tidak
ada perasaan apa-apa. Itu hanya kotak biasa, ah mungkin tadi itu hanya
perasaanku saja.
Akupun mulai meneruskan membuka kotak kado bewarna pink. Bungkus
kado kotak itu kini terbuka dan isinya terlihat. Aku bisa melihat
sebuah kotak kuno berwarna merah tua dengan kulit terbuat dari beludru.
Seperti sebuah kotak perhiasan kecil. Perlahan aku mulai membuka kotak
tersebut, dan aku melihat isinya.
Ternyata isinya hanya kosong dan gelap. Tapi kekosongan dan gelap
itu seperti tidak menempati sebuah kotak kecil, aku bagai melihat
ruangan maha luas yang gelap dari sebuah lubang kotak.
Kebingunganku semakin menjadi karena kegelapan itu meluncur keluar
dan mulai menyelimuti ruangan kamarku. Aku kini merasa terpisah dari
kamarku dan masuk pada sebuah ruangan lain, kepalaku mulai pusing dan
berdenging , dan aku semakin tak bisa berpikir. Tak berapa lama semua
kejadian berhenti dan suara denging itu berakhir. Perlahan aku mulai
membuka mataku, dan langsung meloncat melihat pemandangan kamarku yang
berubah.
Aku mulai melihat sekeliling ruangan baru itu, kasur empukku berubah
menjadi reot dan lapuk dengan debu dan kotor yang menghitam pada
seluruh kulit kasur. Dinding pada kamarku menguning dan pada setiap
dinding tersebut terlihat jelas, ada bekas jalan air yang coklat dengan
lumut-lumut yang subur pada setiap bekas aliran air. Dan lantai
tempatku berpijak serasa berminyak pada kakiku, aku terhenyak pada
ruangan kamarku yang sekarang bagai rumah tua tak terurus.
Belum habis rasa heranku, tiba-tiba pada meja riasku disalah satu
pojok ruang, terdengar suara berdecit pada kaca. Meja itu bergetar dan
menghampiriku, aku mundur dan mulai naik pada ranjang reot milikku. Dan
seolah meja itu melaju bergetar mengikutiku, dia terus menghampiri dan
berhenti pada sisi tempat tidur, lalu terdiam.
Aku lalu memandang kaca pada meja rias itu, dan melihat bayanganku
pada kaca seolah bukan diriku. Perasaan takut kini membuatku berpaling
dari kaca, tapi hal itu tidak terjadi. Karena niat untuk berpaling
tertahan bagai sebuah mimpi buruk. Maksudku ketika aku mencoba
berpaling, aku hanya merasa niat saja tanpa kepalaku mengikuti
kehendakku. Seperti perasaan mimpi buruk yang disadari, tapi aku tidak
mampu terbangun. Aku mulai histeris dan berteriak, tapi lagi-lagi itu
hanya bagai niat yang tidak terlaksana.
Perlahan kaca berdecit menyakitkan telinga, goresan pada kaca mulai
terlihat membentuk sebuah tulisan seiring dengan suara menyakitkan yang
terdengar. Dan aku yang tidak bisa memejam mau tidak mau membaca
tulisan pada kaca tersebut.
“PENGANTIN”
“Apa maksudnya?” Dan seolah dapat membaca apa yang kupikirkan
goresan itu terjadi lagi, suara kaca berderik pekak, dan serpihan
kaca-kaca kecil terjatuh pada lantai.
“PENGANTIN UNTUK KEGELAPAN, AKU AKAN MENJEMPUTMU”
Sesudah selesai huruf “U” tergores maka, meja bergetar kembali dan
terlempar pada arah belakangnya menabrak dinding. Meja rias itu diam
tak bergerak, angin dingin pun mulai menyentuh tengkuk.
Dan aku kembali dikejutkan suara pintu yang bergerak bolak-balik
pada engselnya tanpa tertiup angin. Aku merasa bagai ada yang
menyuruhku keluar dari ruangan kamarku dan mulai menjelajah rumahku
sendiri, yang menua karena kotak sial hadiah Ariel.
“TIDAK AKAN” aku berkata pada diriku sendiri.
Enak saja lebih baik aku tunggu mimpi ini berakhir. Aku mulai
menunggu dalam ketidakpastian, dan ini gila, karena pada situasi ini,
berdiam malah terasa lebih mengerikan. Dan bayanganku tentang mimpi
seolah sirna, karena rasa ini begitu nyata.
Aku akhirnya melangkah perlahan menuju pintu, dan berhadapan pada pintu tersebut tanpa melihat pada celah yang terbuka.
Dengan keraguan hati tanganku mulai meraih pegangan pintu, lalu aku
memejamkan mataku dan kepalaku aku tolehkan kearah belakang. Aku mulai
membuka pintu, dan perasaan itu terjadi lagi, perasaan ketika
kehendakku seolah tak mempunyai kuasa akan kontrol tubuhku, karena
wajah dan tatapku bagai dipaksa untuk melihat pada sesuatu dibalik
pintu. Tuhan aku menyesali kenapa harus ceroboh membuka pintu, walau
kusadari hal ini bukan pilihan. Gerakan tanpa kehendak itu mulai tuntas
dan wajahku sudah menghadap depan, tinggal mataku yang kini seperti
dipaksa untuk terbuka.
Mataku yang terbuka perlahan karena kutahan mulai menangkap sesuatu
pada hadapku, sesuatu yang hitam dan besar. Dan kuasa akan mataku
tiba-tiba saja sepenuhnya hilang, kini aku terbelalak pada sosok
tersebut. Jantungku serasa hampir lepas,dan bayangan yang tertangkap
itu sudah nyata pada hadapku.
“i..tu…ahhh, sial itu ternyata hanya bayanganku.”
Benar itu bayanganku yang terpantul pada dinding yang bersebrangan
dengan pintu kamarku. Akupun mulai melangkah, Ta,..tapi tunggu dulu..
“ASTAGA,..BUKANKAH TAK ADA CAHAYA YANG MAMPU MEMBUAT BAYANGAN SENYATA ITU PADA RUANGAN YANG REMANG??”
Seolah sadar dengan pikiranku sosok bayangan itu tiba-tiba berkelebat kearah samping dan menghilang,.. Astaga, apa itu??
“OIIII!!!... UDAH PLEASEEE…” Aku mulai berteriak dan menangis…
“Mahhh, Papahhh… tolongin Erinn!!. Mamah sama Papah dimana???,…” Aku
terjatuh pada lantai kini, dan berharap ini semua mimpi. Tiba-tiba,...
Brakk!!!
Ditangah ketakutanku sayup terdengar suara pada lantai bawah rumahku, dan membuatku berhenti meracau.
BRakk!!!..BRAkk!!!...BRAKKK!!!!...BRAKKK!!!!!!
Suara dari lantai bawah tersebut kini semakin dekat,... semakin
dekat,... dan terus semakin dekat lagi hingga aku yakin kalau suara itu
menujuku,. Dan kini pada sudut belokan dinding yang menuju kamarku,
aku melihat sebuah tangan yang sangat pucat memegang tepi dinding. Lalu
berikut menyusul keluar dari tepi dinding tersebut sebuah kepala, yang
perlahan menoleh kearahku, dan berturut-turut sosok itu mulai lengkap
ketika sudah keluar dari belokan yang menuju arah tangga. Sosok itu
kini mendekatiku dan terus melangkah dengan suara “Brak.”
Melihat sosok itu aku langsung lemas dan jatuh pada lantai, seolah
aku tidak bisa bergerak kemana-mana. Sosok itu adalah orang tua dengan
rambut sebahu berwarna abu-abu kusam, dan pada tengah kepala orang
tersebut tidak ditumbuhi rambut. Perawakan orang tersebut sangat
ceking, tidak sesuai dengan suara langkahnya yang menggebrak lantai.
Kulit sosok itu berwarna putih tidak wajar, seperti kulit yang
dibawahnya tidak memiliki darah. Dia terus menujuku dan berhenti tepat
pada hadapku.
“Kau Erinnnm,….” suaranya serak dan parau.
“Jaaa,..jangan ..keluarin saya dari sini.” Aku meratap dari arah lantai.
Orang tersebut menatapku, dan aku balas menatap dirinya. Tapi
balasan tatapku bukan kehendakku, orang itu atau entah mungkin mahluk
itu lebih tepat, kembali berbicara, “Dosamu sudah ditanggung Nduukk,
kau sudah terlepas dari dosa. Ariel sudah bersekutu dengan tuanku, dan
kau adalah milik tuanku. Surga nanti adalah bayarannya, walau sekarang
kau harus menjadi milik tuanku sebelumnya.”
“Ma..maksudnya???”
“Kau ditumbalkan oleh kekasihmu, Ariel.”
“Ha?? Tumbal?? AKU GA MAU!!!”
“Ga ada yang mau, nakkk,..” Karena itulah tindakan tumbal sangat dikutuk, dan para korbannya ditanggung dosanya.”
“Jadi? Pokoknya Aku Harus Keluar!!!”
“Orang yang ditumbalkan tidak bisa memilih nak, Kamu akan
menghabiskan sisa hidupmu pada alam ini. Tenang saja kami tidak
berkuasa menyakitimu. Hanya saja kamu akan diperistri oleh majikan
kami.”
Kemarahan akhirnya menguasai tubuhku, dan mungkin hal itu memudarkan semua kekuatan yang memasungku.
“GAAAAAAAAAAaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!”
Aku bangkit dan menampar mahluk itu hingga terjatuh pada tanah.
“WoOoo, Nduk ko bisa?”
Sesudah berkata demikian mahluk itu mengarahkan tangannya padaku,
dan bersikap seolah ingin memantraiku. Mahluk itu memutarkan
telapaknya kearahku, sekejap aku merasa kepalaku berat dan kehendak
tanpa keinginanku datang kembali.
Ok, aku mengerti jadi dia yang memantraiku dan mengendalikan diriku.
Kemarahan kembali membuatku kuat, rasa berat pada kepala tidak
kuperdulikan aku langsung menghampiri tangan yang memutar dan
MENGIGITNYA!
“AMPOENNN,…!!! Oalaahhh,… Ndukkk Piye toh!! haduhhhh tangankuu…”
“AWMPYUN GWA??” Seruku sambil terus menggit tanganya yang rasanya, Hueeekk!!
“Ampunn,.. Ndukk… Haduhh Hampunnn… Piye ko bisa gini iki, Haduhhh???”
Aku lalu bangkit dan berteriak padanya, “Denger Jelek!!! Aku ga mau
tau, Pokonya balikin saya kedunia saya. Kalo ga, aku gigit lagi tangan
kamu.” Aku mengancam mahluk itu yang masih terus aduh-aduh pada lantai.
“Nduukkkk… Aku cuman pelayan, ini semua kuasa tuanku. Dan juga, tuanku sudah diberi ijin oleh Sang Hyang Widi.”
“Ahhhh,… Aku ga peduli, enak aja tarik-tarik aku kedunia ini. Mau nikahin lagi, enak aja!”
“Nduuukkk… rata-rata para tumbal emang gitu nduk, tapi pas liat
majikan saya mereka semua rata-rata jatuh cinta dan hidup bahagia
disini. Bayangin si Arielmu itu, ganteng kan? Itu cuman dikasih sedikit
aja aura tuan saya. Apa lagi sang pemilik aura itu.”
“Emang tuanmu ganteng ya?” Aku spontan bertanya begitu pada mahluk
naas itu. Astaga mikir apa aku ini? akal sehat akhirnya kembali
menguasaiku. “Ahh,… tapi ga bisa. Enak aja maen kawinin orang. Terus
kata kamu “semua rata-rata”, berarti banyak kan?? GUA GA MAU
DIPOLIGAMI.” Waduh ngaco lagi saya berarti kalau ga poligami aku mau
dong??
“Liat dulu aja nanti ya, bentar lagi kita temui kanjeng” Mahluk itu
berkata singkat, dan kembali meratapi tangannya, yang kini ada tapak
gigiku pada kulitnya yang putih lusuh. “Haduhhh tangankuu,..”
Mahluk itu perlahan bangkit sambil terus memegang tangannya, dan berkata, “Ikut Ndukk,..”
“Ha? Kemana??”
“Ketemu ma kanjeng!!” Katanya seolah kesal dan masih saja mengelus
tangannya. “LEBAY !!” kataku dalam hati. Emang saya gigit sampai gimana
gitu? Sampai segitu sakitnya. Lagian siapa suruh jampi-jampi
saya,“HUH!”
Aku mengikuti langkah mahluk tersebut, dan menyusuri ruangan rumahku
yang kini tampak lain. Setelah tak berapa lama kami tiba diruangan
tengah rumah. Semua tampak berbeda sekarang, perabotan menjadi menua
dan semua tampak berantakan dengan semua hancuran kusen lapuk dan
debu-debu tebal pada rumahku.
“Eh,.. Kamu!! Ini kenapa sih, ko rumah saya berantakan?”
“Hus,.. enak aja bilang kamu. Yang sopan, saya ini bangsa Jin udah hidup lebih lama bahkan dibanding moyang kamu.”
“Terus?? Jadi aku panggil kamu apa?”
“Nama saya Ki Sukma Roro Asih.”
Hmftt,.. aku menahan tawaku, namanya “jadoel” aku membatin.
“Aku panggil kamu Kiro ya,..”
“Opo? Piro? Piro opo?”
“KIRO, KIII!! KI-RO bukan PI!!”
“Opo Kiro? Yo Wisss, Karepmu dewek.”
“Kiro ko rumah saya hancur??”
“Ini hanya sebuah ruang yang ikut terbawa, pas kamu di boyong
kesini, Nduk. Saat ini rumahmu yang sebenarnya dan jasadmu masih tetap
utuh pada dunia nyata. Sebut saja ini hanya sisa dari aura rumahmu yang
ikut terbawa.”
“Rumah ko punya aura? Itukan milik mahluk hidup Ki.”
“Rumah juga ada Nduk, Kamu yang nempatin menahun, dan juga semua kegiatan penghuninya memberi aura sama rumah kamu.”
“Ko kelam gini ki auranya?? Perasaan saya semua penghuni rumah saya ceria Ki. Ga ada gontok-gontokan.”
“Aura rumahmu kepengaruh alam kegelapan Nduk.”
Kami melanjutkan langkah kami, dan keluar dari rumahku melalui
pintu depan. Setelah keluar, ternyata lingkungan di sekitar rumahku
tidak tampak seperti seharusnya. Karena ternyata diluar rumahku kini,
hanya tampak seperti rawa-rawa gelap yang angker.
Aku berpikir sejenak dan langsung teriak, “KIIII!!”
“Ealahdalah Nduk!! Odo opo?” Kiro langsung berhenti dan memegang dadanya.
“Aku ga mau tar aku ikut kepengaruh aura alam ini ya ki. Kalo sampe
aku sama anehnya kaya Kiro aku bakal gigit tangan Kiro, sampe putus.
TAU!!”
“Haduhhh Ndukkk,.. Kirain odo opo tooo!! Tenang nduukkk Manusia ga
sama kaya benda, lagian kamu itu terpengaruh opoooo? Gimana mau
kepengaruh, la wong tanganku aja ampe digigit.”
“Ohh,.. bagus deh,..” kataku singkat dan melaju kembali. Tapi aku
kemudian langsung berhenti, dan menoleh Kiro yang kini dibelakangku,
“KIIIIIII!!!!”
“Haissss,.. ciatt..” Kiro yang tiba-tiba mendapat mukaku yang sangat
dekat pada wajahnya karena aku menoleh tiba-tiba, langsung melompat.
“Opo Nduk?? Opo? sini dekat saya,..” Menoleh kiri, kanan, atas, depan,
belakang, sambil memasang kuda-kuda silat.
“Apa sih Kiro, ga jelas!! Aku cuman mau bilang Kiro di depan dong, aku kan ga apal jalan.”
“HALAH!!! Ndukk,…Aku bakal adukan ini sama kanjeng, haduhhh salah opo iki aku, bisa-bisanya ketemu tumbal aneh kaya kamu.”
“HA!! APA? ANEH”?
Ehh, Ndak Nduk, he he ayo jalan lagi.” Kiro lalu kembali berjalan melaluiku dan memimpin kembali perjalanan ini.
“Kiro…”
“Opo?”
“Ariel itu ikut pesugihan?”
“Iyo, dah jelas toh?”
“Terus?”
“Terus opo?”
“Ya terus opo Kiii,..Masa udah aja?” Kataku jengkel dan ikut-ikut kepengaruh pakai “O”
“Mang, kamu maunya gimana?”
Aku terdiam mendengar jawaban Kiro, terus terang ini sangat
tiba-tiba. Mulai dari rasa takut luar biasa sampai ketidakpastian
nasibku kelak. Aku membatin dan rasa takut mulai kembali menghantuiku
membayangkan takut-takut, bila nanti majikan Kiro yang penguasa
kegelapan tidak akan sebodoh Kiro.
Kiro sepertinya sangat sakti, karena dia bagai bisa membaca jalan pikiranku, dan berkata,
“Tenang Nduk, yang kafir itu kekasihmu. Kalau kamu masih tetap
mahluk Tuhan. Bahkan kamu masih bisa beribadah didunia ini. Dan bangsa
kami itu juga sebagian ada yang taat sama Sang Hyang Widi. Dan karena
kamu masih mahluk Tuhan yang tidak kafir, maka seperti kataku tadi,
kamu tidak akan disakiti didunia ini.”
“Tetep aja dikawin paksa!!” Kataku ketus.
“Heitsss, liat aja nanti Nduk, Kanjeng kami itu,… NIH!!” kata Kiro
acungkan jempolnya didepan mukaku, aku lalu menatap tajam kearah Kiro
“Eits,..” kata Kiro serta-merta menarik jempolnya dan melindunginya sambil dikempit dibawah ketiak.
“Terus, si Ariel sial itu, apa dia akan kealam ini nanti?”
“Yo, Wis pasti itu, terus sambutannya ga akan sebaik sama kamu.”
Sekilas setelah kata terakhir, aku bergidik melihat Kiro yang sesaat
tadi matanya menjadi buas. Dan kami kembali berjalan, sampai tak
berapa lama, kami akhirnya sampai pada sebuah bangunan megah yang
berdiri ditengah alam yang berkesan angker. Bangunan itu adalah Istana
Joglo yang sangat megah dan besar, lalu ketika kami masuk kesan angker
langsung sirna. Karena warna-warna emas yang terang dan udara segar
langsung menggantikan udara pengap dan angker dunia diluar bangunan
ini.
Aku dan kiro akhirnya mencapai pintu bangunan tersebut, dan mulai
memasuki pintu gerbang yang terbuka. Tampaknya aku sudah mencapai aula
nan luas, dalam aula tersebut aku melihat banyak wanita cantik dengan
kebaya berwarna hijau yang kecantikannya sangat jauh melebihi
wanita-wanita didunia nyata, para wanita itu berjejer panjang sampai
pada ujung. Dan pada ujung barisan aku melihat sebuah singgasana dengan
seorang yang pakaiannya seperti masyarakat kuno bangsawan Jawa.
Aku dan Kiro terus berjalan pada bangunan megah tersebut dan mendekati sosok yang terduduk pada bangku singgasana.
Orang yang terduduk itu lalu bangkit, seiring orang itu bangkit para
wanita yang berjejer menunduk takjim, dan Kiro pun bersujud pada orang
tersebut. Sementara aku yang bingung hanya berdiri tidak bergerak, dan
melihat wajah orang tersebut. Sebuah sosok yang seperti memakai
pakaian pengantin adat Jawa.
Ternyata benar kata Kiro orang tersebut sangat rupawan, tidak
seperti lelaki pada dunia nyata. Orang tersebut mempunyai sebuah
karisma luar biasa dengan ketampanan yang membuat jantungku rasanya
tersiksa karena terus berdegup kencang. Bahkan badanku gemetar, bukan
karena takut tapi karena tak kuasa melihat keanggunan orang tersebut.
Tapi,…
“ENGGAAKKKK!!!!”
“Ya,.. Ampunn GUSTIII!!! Kumat toh sampean” Kiro langsung bangkit
tergopoh pada sujudnya dan langsung berdiri antara aku dan orang
tersebut, lalu kembali bersujud.
“Ampunnn, Kanjenggg tumbal satu ini emang ndableg, Kanjeng.”
“Enak aja Tumbal!!” Aku langsung menghampiri pria itu dan
kemarahanku membuat aku tidak perduli pada kerupawanan sosok tersebut,
lalu aku menunjuk-nunjuk pada dadanya.
“Eh denger,.. Emang sapa lo? Enak aja maen culik orang dan bilang
dikawin. Yang bikin perjanjiankan Ariel, lo kawin aja ma Ariel ngapain
lo ngawinin gue, HAAA?” kataku sambil terus menatap lekat pada matanya
dan,, DAMN!! aku kembali tak kuasa, “Ja..Jawab kataku, berusaha
mengalahkan getaran pesona orang dihadapku.”
“HEE,.. Mang gue pikirin!!!. Lo tuh bayarannya masuk SORGA tau, Gue cuman disuruh Tuhan buat nguji umat.
Lo liat noh,… cewek-cewek disekeliling lho. Pada caem gitu, ngapain gue kawin ma cewek manusia, mana bawel kaya lo.”
!!!!.. aku langsung gubrak, aku berpikir dia akan seram atau menjawab penuh wibawa. Ko malah sama bawelnya ma gue,..??
“Ta,.tapi..”
“Apa tapi-tapi?”
“A..Anu.”
“Elu yang panuan, gw kaga,..”
“DIEMMM!!!!”
“Bah!! Pan elu yang suruh gue jawab…”
“ARGH!!!”
“UDAHhh-udahh!!, ini ko malah pada berant,…” PLAK!!! aku yang kesal
melayangkan pukulan dan lagi-lagi mahluk naas itu terhajar tanganku.
“Modarrrr dakuu!!!”seru Kiro sambil nyusruk ke lantai.
“Eh ngapain lo mukul Mbah gue!!”
“Salah ndiri dia ditengah pas gue mau nabok lo!!”
“Ka..kamu mau nabok saya??”
“IYA!!” Aku yang emang sudah geram dengan kebawelan Raja alam ini, menjawab singkat.
“Kiiii,..dia error!!,..”
“Emanggggg!!!” sahut Kiro dari bawah, sambil mengelus pipinya.
“Haaaa,… Sudahlah. Gue ga mau tau, suka ga suka, mau ga mau kita
nikah. Itu dah aturan. Dan itu “Harusss.” kata Raja sambil menatap
mataku.
“Eng..enggak…” kataku ragu-ragu.
“Upacara doang!! Dah gitu beres, Selanjutnya terserah kamu. Dan saya tidak akan melakukan “itu” kalau kamu ga mau.”
“Apa? “Itu”..”
“Ituu,.. “ Kata sang Raja sambil menautkan jari telunjuk kiri dan kanan.
“Apa sih??” Kataku.
PLAK!!! Sang raja tampak putus asa dan memukul dahinya hingga topi jawanya miring.
“KI,.. Jelasin” katanya pada Kiro.
“I..Iya kanjeng,..” Lalu Kiro bangkit dan menatapku lama, sebelum
akhirnya berkata, “I… ituu.. ini,.. yaa.. ituu..pokonya, begini nihh..”
Katanya sambil dia mendatarkan tangan kirinya dengan telapak kirinya
menghadap atas dan dipukul oleh tangan kanan dari atas,
“Plok…Plok..Plok” mirip orang tepuk tangan tapi posisi tangannya
mendatar.
“HALAH!! kataku frustasi,.. "malam pertama,..”
“NAHHHH,…” kata Raja dan Kiro sumringah sambil menunjuk padaku.
“GA MAUUUU!!!” kataku menjerit.
“Hadoehhhh,…Kan emang aku bilang gituhhhh,.. kalo ga mau ya udah ga
maksa, aku juga sebenarnya ga mau.” Kata Raja sambil menutup kupingnya.
“Kiii,.. bawa ni orang keruangannya.. Bisa gila lama-lama saya.”
“Dalem Kanjeng,…”
Lalu Kiro membawaku kembali berjalan menyusuri istana yang sangat
indah dan terus terang aku merasa bahagia disini entah kenapa. Walau
tadi aku marah-marah, tapi aku tetap merasa bahagia, sekarang ketika
aku kembali berjalan dan menyusuri istana yang indah hal ini baru
kusadari.
“Nduk,.. Emang dunia kamu sudah tanpa beban. Sebenarnya ini adalah alam yang berhubungan dengan dunia manusia.
Untuk orang yang terkutuk dia akan melihat Raja, Dayang dan Diriku
dengan Persepsi berbeda. Mereka akan melihat kami dengan semua
keangkeran kami.
Tapi sebenarnya kami tidak berwujud Nduk, dan terkadang manusia
sesat kami perlihatkan keindahan ini untuk maksud menipu, tapi untukmu
manusia yang ditumbalkan, anggap saja tugasmu pada dunia sudah tuntas.
Dunia kami tidak akan kejam padamu, karena kami akan menyambutmu disini
sebagai calon penghuni surga.”
Aku terdiam mendengar kata-kata Kiro yang lagi-lagi bagai membaca pikiranku, dan bertanya kembali padanya.
“Terus Kiro kenapa kamu menyeramkan?? Sosokmu itu mirip kakek-kakek yang udah jadi mayat.”
“Ha ha ha,… bagaimanapun, toh aku tidak kejam padamukan?”
"HUH!!, Tapi tadi kamu jampi-jampi saya." Kataku protes.
"Ndukk, ini adalah dunia kegelapan. Tidak semua seperti kami, ada
juga mahluk buas disini, yang tidak peduli kamu itu manusia tumbal atau
bukan.
Jampiku tadi memang ada isengnya Nduk, terkadang aku memang suka
jail. Tapi selebihnya Nduk, aku menjagamu dengan penuh tanggung jawab.
Aku sengaja membuatmu kaku, karena aku tidak mau kamu lari keluar rumahmu tadi, dimana alam disini sangat berbahaya."
Aku kemudian terdiam pada Kiro dan sedikit kesal, karena pengakuan
dia yang bicara kalau dia jail. Tapi ucapan dia selanjutnya tentang
melindungi terdengar sangat tulus dan membuatku bisa memaafkannya.
Mungkin bila kita sudah hidup sangat lama seprti Kiro, pikiran kita
akan menjadi aneh.
Leave reply